Semua Tentang Pengetahuan dan Pelajaran: Contoh artikel opini untuk koran

Thursday, March 26, 2015

Contoh artikel opini untuk koran



Surat Mahasiswa UI untuk Presiden Joko Widodo

            Surat dari Mahasiswa dan alumni UI untuk Presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Maret 2015 lalu telah mewakili suara rakyat Indonesia. Tindakan perbaikan dan penyelamatan bangsa yang disebut sebagai Catur Citra oleh Sivitas Akademik Indonesia adalah pilihan yang sangat baik jika ditinjau dari berbagai segi. Catur citra “Perkuat KPK”, Komisi Pemberantas Korupsi dirasa sangat perlu untuk dikokohkan mengingat polemik-polemik partai yang semakin berkecamuk di era globalisasi sekarang ini. Ketamakan para pendiri bangsa yang bernaung di bawah praktik partai politik yang semakin mengacu pada keinginan untuk menelan pundi-pundi Negara Indonesia yang sengaja dibangun untuk pembenahan sudut-sudut kota dan penyejahteraan rakyat Indonesia.
Parahnya lagi, para petinggi negara tidak sendirian melakukan penyedotan brankas penyimpanan rahasia negara, kong kali kong antara satu partai dengan partai yang lain semakin memudahkan oknum politik yang tidak bbertanggung jawab untuk merogoh brankas rahasia lebih cepat dan lebih mudah. Ditambah lagi saat ini KPK sedang bersitegang dengan Polri, pertentangan ini bisa jadi membuat KPK dan Polri lengah dalam tugasnya untuk menjepit tikus-tikus yang berkeliaran di luar kandang. Akibatnya, celah bagi oknum pejabat negara dan daerah yang tidak bertanggungjawab semakin longgar dan lebih gampang untuk dimasuki tanpa menggunakan kunci.
Di Inggris ada pepatah seven years itch yang berarti Gatal-gatal setelah tujuh tahun. Artinya adalah dalam rumah tangga biasanya perselingkuhan terjadi setelah sekian lama berumahtangga, jadi perselingkuhan tidak timbul ketika pernikahan baru seumur jagung. Berbeda sekali dengan suasana politik pemerintahan baru di negara ini, gatal-gatal setelah tujuh tahun ternyata tidak berlaku. Baru beberapa bulan saja, bulan madu dengan pemerintahan baru sdh berakhir. Terlalu banyak mismanajemen, ketidakjelasan, ketidakmampuan bersikap terjadi dalam pemerintahan ini. Sehingga yang semula mendukung, kini satu-persatu balik badan.. Salah satu contohnya, ketika rakyat sedang gembira dengan batu akik, pemerintah langsung berancar-ancar mengenakan pajak untuk batu akik. Kegembiraan rakyat berubah menjadi kegembiraan pemerintah untuk memajaki. Bisa jadi ini dijadikan peluang pula untuk melakukan tindak korupsi. Pemerintah harus getol dalam menilai segala kejadian yang ada di Negara Indonesia.
            Lakukan revormasi total POLRI dan Lembaga Peradilan segera, merpakan catur citra yang kedua. Presiden Joko Widodo sangat perlu untuk melakukan revormasi besar-besaran terhadap Polri dan Lembaga Peradilan Indonesia. Kedua lembaga ini dinilai sangat tidak efisien terhadap tugas-tugas yang mereka emban. Semua ini dapat dilihat dari berbagai macam tindakan yang mereka lakukan, dan dirasa masyarakat Indonesia telah mengetahui sistem kerja yang mereka lakukan. Contohnya saja pada setiap sudut-sudut jalan terdapat razia-razia ilegal yang membentang panjang, aparat ini tidak memiliki izin untuk melakukan razia. Oknum polisi yang haus akan uang sering melambaikan tangannya di depan jalan guna menyetopi pengguna kendaraan. Kemudian mereka “merogoh kantung” pemilik kendaraan yang tidak memiliki surat izin mengemudi.
Selain itu, ada juga razia legal yang dilakukan polri guna menertibkan pengguna jalanan. Akan tetapi, kembali lagi pada persoalan, bukannya menilang tetapi porli malah memanfaatkan situasi dan kondisi seperti ini sebagai objek penghasil uang. Tak hanya masyarakat saja, pejabat dan pengusaha juga pasti mengetahui sistem kerja mereka, tetapi  pemilik jabatan tersebut terkesan diam dan tidak mau tahu.
Bukan hanya polisi, lembaga peradilan juga melakukan hal yang hampir sama. Hakim rela menghentikan ketukan palunya demi seikat rupiah yang telah dijanjikan leh para pidana kaya, pejabat tinggi, dan tikus-tikus pencuri. Bukti yang belum akurat, ketidak adanya kekuatan dalam bukti seringkali menjadi alasan para hakim untuk menghentikan kelangsungan sidang. Suasana pengadilan yang biasanya mencekan bagi para tersangka menjadi seperti taman untuk orang yang memiliki harta, tahta, dan jabatan. Jeruji besi yang dingin, bau, dan kotor menjadi hangat, wangi, bersih, dan ditambah dengan fasilitas seperti hotel di dalam penjara. Sebaliknya, rakyat kecil yang tak punya apa-apa, pengadilan seperti neraka yang di dalamnya tidak tercium adanya  wangi keadilan. Keadilan seperti “tajam kebawah, tumpul keatas”. Ketajaman ini prnah terjadi pada nenek renta bernama Asiani 74 tahun yang dituduh mencuri enam batang kayu jati, ironisnya Asiani belum terbukti mencuri kayu jati milik perhutani tetapi Asiani sudah ditahan selama tiga buln oleh Kejaksaan Negri Situbondo. Ini melambangkan bahwa melemahnya keadilan terhadap rakyat kecil.
Selain kedua catur citra tersebut, masih ada dua catur citra yang lain yaitu “Bersihkan Demokrasi dari Oligarki” dan “Turunkan Harga Barang Pokok yang Menjadi Kebutuhan Rakyat Banyak dengan Memberantas Seluruh Mafia”.
Kesimpulan
Pemerintah terutama Presiden Joko Widodo sangat dianjurkan untuk mendengarkan aspirasi dari rakyatnya demi membangun cita-cita negara Indonesia yaitu untuk membentuk pemerintahan yang bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dalam cita-cita ini, peran peran pemerintah sangat di butuhkan guna mewijudkan cita-cita bangsa Indonesia yang sudah di citakan sejak lama. Masyarakat terutama pemerintah yang terlibat dalam urusan negara berperan untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme yang sudah membudaya sejak masa orde baru, dan semakin bertambah di era sekarang ini. Catur citra surat mahasiswa UI untuk jokowi akan lebih cepat terwujud dengan kesadaran masarakat dan pemerintah yang mau sama-sama membangun Indonesia menjadi lebih baik.




No comments:

Post a Comment