Semua Tentang Pengetahuan dan Pelajaran: makalah wacana

Thursday, March 26, 2015

makalah wacana





KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah mengajarkan apa yang tidak diketahui oleh manusia, dan Tuhan yang menggenggam nyawa setiap insan di dunia. Selawat beriring Salam tak lupa kami haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. “Wacana” merupakan judul makalah tugas Bahasa Indonesia yang kami susun , guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk mata kuliah Bahasa Indonesia, Nurul Maimunah Siregar., S.Pd. Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami mengalami banyak kesulitan mulai dari kesulitan mencari sumber referensi yang benar-benar tepat dengan kebutuhan makalah kami, sampai dengan kesulitan-kesulitan lainnya. Namun semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi ketika kami membangun kerjasama kelompok yang baik.
Terlepas daripada itu, makalah kami memiliki banyak sekali kekurangan mulai dari penulisan, pemaparan dan sebagainya. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca dan dosen pengampuh, agar kami dapat memperbaiki makalah kami menjadi sempurna.
Pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami, sehingga dapat menambah wawasan kita khususnya dalam bidang Bahasa Indonesia

Medan, 16 Maret 2015


DAFTAR ISI

Kata Pengantar   ………………………………………………………………………….i
Daftar Isi   ……………………………………………………………………………….ii
Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang   ………………………………………………………1
1.2  Rumusan Masalah    ……………………………………………….….2
1.3  Tujuan Penulisan       ………………………………………………….2
1.4  Manfaat Penulisan    …………………………………………………..2
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Wacana       ………………………………………………3
2.2 Macam-macam Wacana        …………………………………………5
2.3 Jenis-Jenis Wacana        ………………………………………………9
Bab III
Simpulan       ……………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka      ……………………………………………………………………....13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita dituntut untuk bisa menjalani keseharian dengan cepat, tepat, sosialis, dan menggunakan tutur bahasa yang tepat dan sesuai volume, tentunya semua itu membutuhkan komunikasi yang juga sekaligus menunjukkan kalau manusia itu merupakan makhluk sosial yang berinteraksi. Melakukan kegiatan dengan salah satunya ialah percakapan. Makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain, maka komunikasi tentunya menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi dibutuhkan banyak aspek untuk bisa menciptakan suatu sistem atau tataran komunikasi yang baik. Agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dengan jelas dan baik oleh lawan bicara kita. Hal tersebut diantaranya adalah  bahasa. Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi yang perlu kita pahami agar komunikasi  bisa tersampaikan sesuai dengan yang kita harapkan. Dan media untuk menyampaikan  pesan dalam berbahasa pun itu ada banyak jenisnya, mulai dari puisi, novel, lagu, dan wacana. Penyampaian pesan ataupun argumen dalam bentuk puisi, novel, dan lagu merupakan cara penyampaian pesan yang dapat dilakukan tanpa menggunakan tata bahasa yang baku, karena semua itu merupakan karya sastra. Namun, berbeda dengan puisi, novel, dan lagu, wacana merupakan media penyampaian pesan atau argumen yang memiliki aturannya tersendiri karena wacana masuk sebagai golongan karya ilmiah yang memiliki aturan baku. Oleh karena itu, pada makalah ini, kami akan mencoba menjelaskan mengenai cara  penyampaian pesan ataupun argumen melalui wacana. Baik itu dari pengenalan wacana, fungsi wacana, maupun sampai kepada macam-macam wacana itu sendiri.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan wacana?
2.      Apa saja macam-macam wacana?
3.      Bagaimana ciri-ciri wacana?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah Bahasa Indonesia
2.      Agar lebih memahami apa itu wacana.
3.      Mengetahui lebih dalam macam-macam dari wacana.
4.      Mengetahui ciri-ciri dari wacana itu sendiri.

1.4  Manfaat Penulisan
Kita dapat mengerti lebih dalam mengenai wacana, macam-macam wacana, serta ciri-ciri wacana lebih dalam lagi dan agar kita dapat bersama-sama meningkatkan ilmu mengenai wacana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wacana
            Bahasa bukan merupakan satu satuan yang terpisah-pisah. Morfem, kata, kelompok kata, klausa, kalimat, kosa kata bukanlah suatu unsur bahasa yang terpisah-pisah atau dengan kata lain dapat dipisah-pisahkan, merupakan satu kesatuan dari bahasa yang sebagai sistem simbolik yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian, pendidikan, lingkungan, maupun sosial.
            Istilah wacana             berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ucapan atau tuturan. Menurut Alwi,dkk (2003:42), wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1945:5) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata. Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun non segmental bahasa.
Berikut ini merupakan pengertian wacana menurut para ahli.
1.  Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).
2.  Henry Guntur Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
3.  James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6) menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.
4.  Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
5.  Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian  wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.  Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut  wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi.
6.  I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap.
7.  Sumarlam, dkk (2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
Dari pemaparan para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa wacana merupakan suatu tatanan bahasa yang memiliki unsure gramatikal dan memiliki nilai kohensi dan koheren yang dapat di tuangkan dengan cara pengucapan atau tulisan.

Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.
2.2 Macam-macam Wacana
Wacana juga memiliki berbagai macam ataupun jenis karakteristik salah satunya adalah macam wacana berdasarkan alat komunikasi, berdasarkan fungsi dan bentuknya, dan jenis pemakaiannya.
a.     Wacana Berdasarkan Alat Komunikasi
Wacana berdasarkan alat komunikasi terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Lisan
Wacana lisan merupakan sebuah wacana atau ungkapan yang di ucapkan/dituangkan secara lisan (langsung) bisa dalam bentuk perbincangan, pidato, dan lain sebagainya.
2.      Tulisan
Kebalikan dari wacana lisan, wacana tulisan adalah suatu wacana atau ungkapan yang di kemukakan dengan cara tulisan (tidak langsung) misalnya dalam bentuk konteks/teks.
b.    Wacana Berdasarkan Jenis Pemakaian
1.    Monolog
Wacana monolog merupakan suatu jenis wacana yang dilakukan sendiri (individual) dan tidak ada balikan atau tanggapan dari orang lain, maka pembicara juga tidak dapat berperan sebagai pendengar.
2.    Dialog
Apabila terjadi percakapan sebanyak dua orang dan terjadi pergantian peran adanya seorang pembicara sebagai pendengar dan sebaliknya seorang pendengar menjadi pembicara maka wacana tersebut merupakan wacana dialog.
3.      Polilog
Jika komunikasi terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran dari masing-masing pembicara dan pendengar, maka wacana disebut sebagai polilog.
c.     Wacana Berdasarkan Fungsi dan Bentuknya
1.      Wacana Narasi
Narasi merupakan karangan yang berisi peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian ataupun peristiwa tersebut. Karangan narasi biasa di dapati pada biografi tokoh karena pada umumnya biografi berbentuk narasi.
Secara sederhana, paragrap narasi diartikan sebagai wacana yang berupa cerita yang memiliki unsur urutan peristiwa, latar, dan tokoh.
Selain daripada itu, juka ditinjau dari perkembangannya wacana narasi terbagi atas dua yaitu:
Ø Narasi fiksi (Sugestif)
Menceritakan peristiwa imajinatif (khayalan) seperti novel dan cerpen.
Ø Narasi nonfiksi (kspositori)
Merupakan narasi yang menceritakan kejadian-kejadian yang factual atau sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi seperti biografi atau laporan perjalanan.
2.      Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan sebuah wacana yang menggambarkan suatu hal atau kejadian dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Biasanya wacana deskripsi menceritakan tentang watak seseorang, keindahan alam, keadaan fisik seseorang, atau bisa juga menceritakan perasaan seseorang.
Contoh:
Sabtu malam. Aku duduk sambil menyalakan TV. Hening, sepi sudah menjadi makanan sehari-hari untukku, komedi yg biasa menghiburku tak terasa seperti biasanya. Aku mengganti chanel TV, ku liat sebuah film, sesuai dengan keadaanku saat itu, hening, sepi, haru bercampur menjadi satu sampai tak bisa terdefenisi. Ayah mengapa aku berbeda, berceritakan seorang anak tunarungu yg punya seorang ayah hebat di balik orang-orang yg mem-bully nya. Ayah itu yg selalu melindungi baik fisik maupun batin. Sekilas aku berfikir "beruntung sekali anak itu, di anugrahkan seorang ayah yg hebat". Tapi di balik keberuntungan itu, tercipta suatu yg tak adil menurutnya yaitu ia kehilangan ibu tercintanya saat masih kecil dan dia harus melewati hari-hari dengan kekurangan yg tak semua orang bisa terima, sama seperti kekuranganku yg tak semua orang bisa terima. Lalu aku bangun untuk mengambil secangkir susu hangat. Ku tonton kembali film itu sambil fikiranku melayang-layang memikirkan apa yg terjadi dengan dunia ini?

Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku
berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri
 
AKU MENGELUH. Tuhan, aku lelah berfikir apa yg terjadi. Aku lelah menahan sakitnya kekurangan yg ada di dalam diriku, aku lelah untuk menangis dan bingung untuk memikirkan kenpa? Kenapa? Dan kenapa?.
Tiba-tiba aku tersentak, fikiranku terbayang tentang sekilas jawaban dari pertanyaanku, tapi apa? Ku paksa fikiranku untuk bisa menjawab.

HATIKU BERBICARA "Tuhan sengaja menciptakan kekurangan dalam diri seseorang". Aku tertegun, melongok seperti orang bingung. Jawaban apa itu? Siapa yg menjawabnya? Kenapa kalimat itu berasal dari dalam hatiku sendiri? Apakah ini yg dinamakan suara hati, atau malaikat?

HATIKU BERBICARA LAGI "Tuhan maha tau. IA tau apapun yg dilakukanNYA. Tuhan ingin tau siapa yg sabar dan selalu bersyukur terhadapNYA, itulah penyebab kekurangan di dalam diri seseorang tak akan
pernah terlepas ataupun lenyap”

HATIKU BERBICARA KEMBALI "bukan dunia yg tak menerima kekurangan, tapi manusia. Bukan karna modernisasi yg buat orang-orang tak mau menerima kekurangan, tapi karna hati. Tuhan ingin tau siapa yg ikhlas menerima kekurangan dan hati mana yg ikhlas menerima kekurangan orang lain. Mencintai Tuhan-NYA dengan cara bersyukur dan menerima kekurangan sendiri atau orang lain". Aku tersenyum lega mendapat jaw
aban itu. “Tuhan Hebat” fikirku.
HATIKU BERBICARA SEKALI LAGI "ada kekurangan yg di ciptakan diri sendiri karna setan, tapi Tuhan tetap menilai cinta kepadaNYA bagi orang-orang yg ikhlas". Aku tersadar dari lamunanku, ternyata filmnya sudah selesai dan malam semakin larut. Aku mematikan TV dan merebahkan badanku di kasur.

AKU BERBICARA DALAM HATI "terima kasih Tuhan, aku ikhlas dengan kekuranganku agar aku tau siapa yg mencintaiku karnaMU" aku menutup mataku hingga tertidur.

3.      Wacana Eksposisi
Wacana yang menerangkan atau memaparkan suatu hal atau objek disebut sebagai wacana eksposisi, dan diharapkan para pembaca dapat memahaminya dengan jelas. Biasanya wacana eksposisi sering menggunakan kutipan dari para ahli guna untuk membuat si pembaca mempercayai wacana tersebut.
Contoh:
Sementara itu, Sri Hindaryati Dahana mengungkapkan, anggaran pendidikan yang disiapkan Pemprov NAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2002 tergolong besar, yaitu sebesar Rp.705,7 miliar atau sekitar 44,9 persen dari total APBD NAD yang mencapai Rp.1,57 triliun. Di pihak lain, ia menyoroti kecilnya anggaran yang disiapkan Pemprov NAD untuk masalah ketenagakerjaan yang hanya 0,1 persen atau sebesar Rp.2,1 miliar.
4.      Wacana Argumentasi
Kata argumen berarti atau bermakna “alasan” sedangkan argumentasi “pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan”. Dengan demikian, wacana argumentasi merupakan wacana yang mengungkapkan alasan, contoh, dan bukti yang kuat, yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain (para pembaca) agar mereka membenarkan pendapat, sikap dan perkataan kita.
Sebagai contoh kecil misalnya Anda ingin meyakinkan teman atau oranglain bahwa Perguruan Tinggi yang Anda tempuh merupakan perguruan tinggi yang baik, maka Anda dapat menulis pernyatan tersebut kedalam bentuk wacana argumentasi.
Untuk lebih jelasnya lagi, bacalah contoh wacana argumentasi di bawah ini!
Membudayakan kegemaran membaca bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang melatari pembudyaan kegemaran membaca. Pertama kurangnya pemahaman masyarakat sendiri terhadap pentingnya buku. Buku masih dianggap kebutuhan nomor sekian. Kenyataan ini terlihat ketika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, orang jarang menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Sulit sekali menjadikan sebuah buku sebagai kebutuhan utama. Akan tetapi, unuk mendengarkan sebuah kaset dan menonton film, banyak orang yang tak sungkan mengeluarkan uang.

2.3 Ciri-ciri Wacana
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
1.      Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
2.      Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3.      Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
4.      Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5.      Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
Secara umum ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut:
1.      Satuan gramatikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gramatikal adalah tatabahasa. Jadi Satuan Gramatikal adalah keutuhan atau kesatuan tatabahasa.
2.  Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3.  Untaian kalimat-kalimat
4.  Memiliki hubungan proposisi
5.  Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6.  Memiliki hubungan koherensi
7.  Memiliki hubungan kohesi
8.  Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
9.  Bisa transaksional juga interaksional
10.  Medium bisa lisan maupun tulis
11.  Sesuai dengan konteks
Selain ciri-ciri diatas, berikut juga merupakan ciri-ciri yang kami rangkum dari jenis-jenis wacana sebagai berikut:
1.        Ciri wacana lisan dan tulisan
a.    Lisan
·         Adanya penutur dan mitra tutur
·         Bahasa yang dituturkan
·         Adanya giliran bicara (dialog, pialog)
b.    Tulisan
·         Adanya penulis dan pembaca
·         Bahasa yang dituliskan
·         Penerapan system ejaan
2.      Ciri wacana monolog, dialog, dan polilog
a.       Monolog
·         Hanya dilakukan oleh satu orang
·         Memiliki peran tunggal
·         Tidak memiliki peran balik
b.      Dialog
·         Dilakukan oleh dua orang
·         Memiliki peran ganda
·         Dapat bertukaran tempat sebagai pembicara atau pendengar
c.       Polilog
·         Dilakukan oleh lebih dari dua orang
·         Terjadi pergantian peran
3.      Ciri wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
a.       Narasi
·         Bersifat fakta ataupun fiktif
·         Mengisahkan peristiwa secara berurutan
·         Adanya sudut pandang pengarang
b.      Deskripsi
·         Memiliki objek
·         Harus jelas dan terperinci
·         Kalimat langsung pada sasaran
·         Kata-kata yang digunakan harus denotasi (sebenarnya)
·         Runtut dan sistematis
c.       Eksposisi
·         Adanya kutipan para ahli
·         Menjabarkan defenisi
·         Menjabarkan metode melaksanakan suatu kegiatan
d.      Argumentasi
·         Memerlukan fakta
·         Menggali sumber ide dari pengamatan
·         Penelitian dan pengalaman


BAB III
SIMPULAN

Wacana merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa dengan memiliki ciri-ciri satuan gramatikal, satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap , untaian kalimat-kalimat, memiliki hubungan proposisi, memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan, memiliki hubungan koherensi, memiliki hubungan kohesi, rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi, bisa transaksional juga interaksional, medium bisa lisan maupun tulis, dan sesuai dengan konteks. Selain itu, wacana juga terbagi dalam beberapa macam yaitu wacana dalam bentuk komunikasi, jenis pemakaiiannya, dan wacana berdasarkan fungsi dan bentuknya. Macam tersebut di bagi lagi menjadi wacana lisan dan tulisan, wacana monolog, dialog, dan polilog, dan yang terakhir wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.

Daftar Pustaka
Kosasih, E. 2010. Kreatif Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

No comments:

Post a Comment