KATA
PENGANTAR
Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada
Allah SWT yang telah
mengajarkan apa yang tidak diketahui oleh manusia, dan Tuhan yang menggenggam
nyawa setiap insan di dunia. Selawat beriring
Salam tak lupa
kami haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. “Wacana” merupakan judul makalah tugas Bahasa Indonesia yang kami susun , guna
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia, Nurul Maimunah Siregar., S.Pd. Dalam
penyusunan makalah ini, tentunya
kami mengalami banyak kesulitan mulai dari kesulitan mencari sumber referensi yang
benar-benar tepat dengan kebutuhan makalah kami,
sampai dengan kesulitan-kesulitan lainnya. Namun semua kesulitan itu menjadi
tidak berarti lagi ketika kami
membangun kerjasama kelompok yang baik.
Terlepas daripada itu, makalah
kami memiliki banyak sekali kekurangan mulai dari penulisan, pemaparan dan
sebagainya. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca dan dosen pengampuh, agar kami dapat memperbaiki makalah kami menjadi
sempurna.
Pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah
ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami,
sehingga dapat menambah wawasan kita khususnya dalam bidang Bahasa Indonesia
Medan, 16
Maret 2015
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….ii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….….2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………..2
Bab II
Pembahasan
2.1
Pengertian Wacana ………………………………………………3
2.2
Macam-macam Wacana …………………………………………5
2.3
Jenis-Jenis Wacana ………………………………………………9
Bab III
Simpulan ……………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………....13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita
dituntut untuk bisa menjalani keseharian dengan cepat, tepat, sosialis, dan menggunakan tutur
bahasa yang tepat dan sesuai volume, tentunya
semua itu membutuhkan komunikasi yang juga sekaligus menunjukkan kalau manusia
itu merupakan makhluk sosial yang berinteraksi. Melakukan kegiatan dengan
salah satunya ialah percakapan.
Makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain, maka komunikasi tentunya
menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam
berkomunikasi dibutuhkan banyak aspek untuk bisa menciptakan suatu sistem atau
tataran komunikasi yang baik. Agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima
dengan jelas dan baik oleh lawan bicara kita. Hal tersebut diantaranya adalah
bahasa. Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi yang perlu kita pahami agar
komunikasi bisa tersampaikan sesuai dengan yang kita harapkan. Dan media
untuk menyampaikan pesan dalam berbahasa pun itu ada banyak jenisnya,
mulai dari puisi, novel, lagu, dan wacana. Penyampaian pesan ataupun argumen
dalam bentuk puisi, novel, dan lagu merupakan cara penyampaian pesan yang dapat
dilakukan tanpa menggunakan tata bahasa yang baku, karena semua itu merupakan
karya sastra. Namun, berbeda dengan puisi, novel, dan lagu, wacana merupakan
media penyampaian pesan atau argumen yang memiliki aturannya tersendiri karena
wacana masuk sebagai golongan karya ilmiah yang memiliki aturan baku. Oleh
karena itu, pada makalah ini, kami akan mencoba menjelaskan mengenai cara
penyampaian pesan ataupun argumen melalui wacana. Baik itu dari pengenalan
wacana, fungsi
wacana, maupun sampai kepada macam-macam
wacana itu sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan wacana?
2.
Apa
saja macam-macam wacana?
3.
Bagaimana
ciri-ciri wacana?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Bertujuan
untuk menyelesaikan tugas makalah Bahasa Indonesia
2.
Agar
lebih memahami apa itu wacana.
3.
Mengetahui
lebih dalam macam-macam dari wacana.
4.
Mengetahui
ciri-ciri dari wacana itu sendiri.
1.4 Manfaat
Penulisan
Kita dapat mengerti lebih dalam mengenai wacana,
macam-macam wacana, serta ciri-ciri wacana lebih dalam lagi dan agar kita dapat
bersama-sama meningkatkan ilmu mengenai wacana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wacana
Bahasa bukan merupakan satu satuan
yang terpisah-pisah. Morfem, kata, kelompok kata, klausa, kalimat, kosa kata
bukanlah suatu unsur bahasa yang terpisah-pisah atau dengan kata lain dapat
dipisah-pisahkan, merupakan satu kesatuan dari bahasa yang sebagai sistem
simbolik yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian, pendidikan,
lingkungan, maupun sosial.
Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta yang
berarti ucapan atau tuturan. Menurut Alwi,dkk (2003:42), wacana merupakan
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1945:5) wacana adalah
satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau
klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai
awal dan akhir yang nyata. Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian
wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam suatu kesatuan
yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun non segmental bahasa.
Berikut
ini merupakan pengertian wacana menurut para ahli.
1. Menurut Harimurti Kridalaksana,
wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. (1983:179 dalam
Sumarlam, 2009:5).
2. Henry Guntur Tarigan
(1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap,
lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik,
mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan
secara lisan atau tertulis.
3. James Deese dalam karyanya Thought
into Speech: the Psychology of a Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang
oleh Sumarlam, 2009:6) menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi
yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi
bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari
isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak
atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.
4. Fatimah Djajasudarma (1994:1)
mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan,
proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan
(statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
5. Hasan Alwi, dkk (2000:41)
menjelaskan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat
itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat
disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan
kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang
serasi.
6. I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31)
menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap.
7. Sumarlam, dkk (2009:15) menyimpulkan
dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang
dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau
secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang
dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling
terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
Dari pemaparan para ahli di
atas dapat kita simpulkan bahwa wacana merupakan suatu tatanan bahasa yang
memiliki unsure gramatikal dan memiliki nilai kohensi dan koheren yang dapat di
tuangkan dengan cara pengucapan atau tulisan.
Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang
saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu
bangun bahasa.
Wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara
padu.
2.2
Macam-macam Wacana
Wacana juga memiliki berbagai macam ataupun jenis
karakteristik salah satunya adalah macam wacana berdasarkan alat komunikasi,
berdasarkan fungsi dan bentuknya, dan jenis pemakaiannya.
a.
Wacana
Berdasarkan Alat Komunikasi
Wacana
berdasarkan alat komunikasi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Lisan
Wacana
lisan merupakan sebuah wacana atau ungkapan yang di ucapkan/dituangkan secara
lisan (langsung) bisa dalam bentuk perbincangan, pidato, dan lain sebagainya.
2. Tulisan
Kebalikan
dari wacana lisan, wacana tulisan adalah suatu wacana atau ungkapan yang di
kemukakan dengan cara tulisan (tidak langsung) misalnya dalam bentuk
konteks/teks.
b.
Wacana
Berdasarkan Jenis Pemakaian
1. Monolog
Wacana
monolog merupakan suatu jenis wacana yang dilakukan sendiri (individual) dan
tidak ada balikan atau tanggapan dari orang lain, maka pembicara juga tidak
dapat berperan sebagai pendengar.
2.
Dialog
Apabila
terjadi percakapan sebanyak dua orang dan terjadi pergantian peran adanya
seorang pembicara sebagai pendengar dan sebaliknya seorang pendengar menjadi
pembicara maka wacana tersebut merupakan wacana dialog.
3.
Polilog
Jika
komunikasi terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran dari masing-masing
pembicara dan pendengar, maka wacana disebut sebagai polilog.
c.
Wacana
Berdasarkan Fungsi dan Bentuknya
1. Wacana Narasi
Narasi
merupakan karangan yang berisi peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami kejadian ataupun peristiwa tersebut. Karangan narasi
biasa di dapati pada biografi tokoh karena pada umumnya biografi berbentuk
narasi.
Secara
sederhana, paragrap narasi diartikan sebagai wacana yang berupa cerita yang
memiliki unsur urutan peristiwa, latar, dan tokoh.
Selain
daripada itu, juka ditinjau dari perkembangannya wacana narasi terbagi atas dua
yaitu:
Ø
Narasi
fiksi (Sugestif)
Menceritakan
peristiwa imajinatif (khayalan) seperti novel dan cerpen.
Ø
Narasi
nonfiksi (kspositori)
Merupakan
narasi yang menceritakan kejadian-kejadian yang factual atau sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi seperti
biografi atau laporan perjalanan.
2. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan sebuah wacana yang
menggambarkan suatu hal atau kejadian dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci. Biasanya wacana deskripsi menceritakan tentang watak seseorang,
keindahan alam, keadaan fisik seseorang, atau bisa juga menceritakan perasaan
seseorang.
Contoh:
Sabtu
malam. Aku duduk sambil menyalakan TV.
Hening, sepi sudah menjadi makanan sehari-hari untukku, komedi yg biasa
menghiburku tak terasa seperti biasanya. Aku mengganti chanel TV, ku liat
sebuah film, sesuai dengan keadaanku saat itu, hening, sepi, haru bercampur
menjadi satu sampai tak bisa terdefenisi. Ayah mengapa aku berbeda, berceritakan seorang anak tunarungu
yg punya seorang ayah hebat di balik orang-orang yg mem-bully nya. Ayah itu yg selalu melindungi baik fisik maupun batin.
Sekilas aku berfikir "beruntung sekali anak itu, di anugrahkan seorang
ayah yg hebat". Tapi di balik keberuntungan itu, tercipta suatu yg tak
adil menurutnya yaitu ia kehilangan ibu tercintanya saat masih kecil dan dia
harus melewati hari-hari dengan kekurangan yg tak semua orang bisa terima, sama
seperti kekuranganku yg tak semua orang bisa terima. Lalu aku bangun untuk
mengambil secangkir susu hangat. Ku tonton kembali film itu sambil fikiranku
melayang-layang memikirkan apa yg terjadi dengan dunia ini?
Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri
Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri
AKU MENGELUH. Tuhan, aku lelah berfikir apa yg terjadi. Aku lelah menahan sakitnya kekurangan yg ada di dalam diriku, aku lelah untuk menangis dan bingung untuk memikirkan kenpa? Kenapa? Dan kenapa?.
Tiba-tiba aku tersentak, fikiranku terbayang tentang sekilas jawaban dari pertanyaanku, tapi apa? Ku paksa fikiranku untuk bisa menjawab.
HATIKU BERBICARA "Tuhan sengaja menciptakan kekurangan dalam diri seseorang". Aku tertegun, melongok seperti orang bingung. Jawaban apa itu? Siapa yg menjawabnya? Kenapa kalimat itu berasal dari dalam hatiku sendiri? Apakah ini yg dinamakan suara hati, atau malaikat?
HATIKU BERBICARA LAGI "Tuhan maha tau. IA tau apapun yg dilakukanNYA. Tuhan ingin tau siapa yg sabar dan selalu bersyukur terhadapNYA, itulah penyebab kekurangan di dalam diri seseorang tak akan pernah terlepas ataupun lenyap”
HATIKU BERBICARA KEMBALI "bukan dunia yg tak menerima kekurangan, tapi manusia. Bukan karna modernisasi yg buat orang-orang tak mau menerima kekurangan, tapi karna hati. Tuhan ingin tau siapa yg ikhlas menerima kekurangan dan hati mana yg ikhlas menerima kekurangan orang lain. Mencintai Tuhan-NYA dengan cara bersyukur dan menerima kekurangan sendiri atau orang lain". Aku tersenyum lega mendapat jawaban itu. “Tuhan Hebat” fikirku.
HATIKU BERBICARA SEKALI LAGI "ada kekurangan yg
di ciptakan diri sendiri karna setan, tapi Tuhan tetap menilai cinta kepadaNYA
bagi orang-orang yg ikhlas". Aku tersadar dari lamunanku, ternyata filmnya
sudah selesai dan malam semakin larut. Aku mematikan TV dan merebahkan badanku di kasur.
AKU BERBICARA DALAM HATI "terima kasih Tuhan, aku ikhlas dengan kekuranganku agar aku tau siapa yg mencintaiku karnaMU" aku menutup mataku hingga tertidur.
3.
Wacana
Eksposisi
Wacana yang
menerangkan atau memaparkan suatu hal atau objek disebut sebagai wacana
eksposisi, dan diharapkan para pembaca dapat memahaminya dengan jelas. Biasanya
wacana eksposisi sering menggunakan kutipan dari para ahli guna untuk membuat
si pembaca mempercayai wacana tersebut.
Contoh:
Sementara itu, Sri
Hindaryati Dahana mengungkapkan, anggaran pendidikan yang disiapkan Pemprov NAD
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2002 tergolong besar,
yaitu sebesar Rp.705,7 miliar atau sekitar 44,9 persen dari total APBD NAD yang
mencapai Rp.1,57 triliun. Di pihak lain, ia menyoroti kecilnya anggaran yang
disiapkan Pemprov NAD untuk masalah ketenagakerjaan yang hanya 0,1 persen atau
sebesar Rp.2,1 miliar.
4.
Wacana
Argumentasi
Kata argumen berarti atau bermakna “alasan” sedangkan
argumentasi “pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan”. Dengan demikian,
wacana argumentasi merupakan wacana yang mengungkapkan alasan, contoh, dan
bukti yang kuat, yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain (para pembaca) agar
mereka membenarkan pendapat, sikap dan perkataan kita.
Sebagai
contoh kecil misalnya Anda ingin meyakinkan teman atau oranglain bahwa
Perguruan Tinggi yang Anda tempuh merupakan perguruan tinggi yang baik, maka
Anda dapat menulis pernyatan tersebut kedalam bentuk wacana argumentasi.
Untuk lebih jelasnya lagi,
bacalah contoh wacana argumentasi di bawah ini!
Membudayakan kegemaran
membaca bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang melatari pembudyaan
kegemaran membaca. Pertama kurangnya pemahaman masyarakat sendiri terhadap
pentingnya buku. Buku masih dianggap kebutuhan nomor sekian. Kenyataan ini
terlihat ketika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, orang jarang menyisihkan
uangnya untuk membeli buku. Sulit sekali menjadikan sebuah buku sebagai
kebutuhan utama. Akan tetapi, unuk mendengarkan sebuah kaset dan menonton film,
banyak orang yang tak sungkan mengeluarkan uang.
2.3 Ciri-ciri Wacana
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah
wacana sebagai berikut.
1. Wacana dapat
berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak
tutur
2.
Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3.
Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan
semua situasi pendukungnya
4.
Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5.
Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
Secara
umum ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut:
1. Satuan
gramatikal
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gramatikal adalah tatabahasa. Jadi Satuan
Gramatikal adalah keutuhan atau kesatuan tatabahasa.
2. Satuan terbesar,
tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4.
Memiliki
hubungan proposisi
5.
Memiliki
hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki hubungan
koherensi
7. Memiliki hubungan
kohesi
8. Rekaman kebahasaan utuh
dari peristiwa komunikasi
9.
Bisa
transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11.
Sesuai
dengan konteks
Selain
ciri-ciri diatas, berikut juga merupakan ciri-ciri yang kami rangkum dari
jenis-jenis wacana sebagai berikut:
1.
Ciri
wacana lisan dan tulisan
a.
Lisan
·
Adanya
penutur dan mitra tutur
·
Bahasa
yang dituturkan
·
Adanya
giliran bicara (dialog, pialog)
b. Tulisan
·
Adanya
penulis dan pembaca
·
Bahasa
yang dituliskan
·
Penerapan
system ejaan
2.
Ciri
wacana monolog, dialog, dan polilog
a.
Monolog
·
Hanya
dilakukan oleh satu orang
·
Memiliki
peran tunggal
·
Tidak
memiliki peran balik
b.
Dialog
·
Dilakukan
oleh dua orang
·
Memiliki
peran ganda
·
Dapat
bertukaran tempat sebagai pembicara atau pendengar
c.
Polilog
·
Dilakukan
oleh lebih dari dua orang
·
Terjadi
pergantian peran
3.
Ciri
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
a.
Narasi
·
Bersifat
fakta ataupun fiktif
·
Mengisahkan
peristiwa secara berurutan
·
Adanya
sudut pandang pengarang
b.
Deskripsi
·
Memiliki
objek
·
Harus
jelas dan terperinci
·
Kalimat
langsung pada sasaran
·
Kata-kata
yang digunakan harus denotasi (sebenarnya)
·
Runtut
dan sistematis
c.
Eksposisi
·
Adanya
kutipan para ahli
·
Menjabarkan
defenisi
·
Menjabarkan
metode melaksanakan suatu kegiatan
d.
Argumentasi
·
Memerlukan
fakta
·
Menggali
sumber ide dari pengamatan
·
Penelitian
dan pengalaman
BAB
III
SIMPULAN
Wacana merupakan rentetan kalimat yang
saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu
bangun bahasa dengan memiliki ciri-ciri satuan gramatikal, satuan terbesar, tertinggi, atau
terlengkap , untaian
kalimat-kalimat, memiliki
hubungan proposisi, memiliki
hubungan kontinuitas, berkesinambungan, memiliki hubungan koherensi, memiliki hubungan kohesi, rekaman kebahasaan utuh dari
peristiwa komunikasi, bisa
transaksional juga interaksional,
medium
bisa lisan maupun tulis,
dan sesuai dengan konteks. Selain itu, wacana juga terbagi dalam beberapa macam
yaitu wacana dalam bentuk komunikasi, jenis pemakaiiannya, dan wacana berdasarkan
fungsi dan bentuknya. Macam tersebut di bagi lagi menjadi wacana lisan dan
tulisan, wacana monolog, dialog, dan polilog, dan yang terakhir wacana narasi,
deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
Daftar Pustaka
Kosasih, E. 2010. Kreatif
Berbahasa Indonesia. Bandung:
Yrama Widya.
No comments:
Post a Comment