Aku terlena dengan satu tawaran dari
dunia, yaitu “cinta”. Cinta pada lawan jenisku membuatku lupa kalau Tuhanku
menawarkan cinta yang lebih indah, yaitu mencintai-NYA.
Aku
mencintai seorang wanita begitu dalamnya, begitu indahnya, dan begitu
sempurnanya. Sayang, kesempurnaan cintaku hilang karna keterbatasan. Keindahaan
itu hilang ketika ia tak mau menerima keterbatasanku. Seharusnya aku sadar dari
awal kalau hanya Tuhanku lah yang mampu dan mau menerima keterbatasanku, bukan
orng lain ataupun makhluk lain. Seharusnya aku sadar bahwa dengan Kecintaanku
kepada Tuhanku, maka Ia akan mengirimkan penggantinya untukku.
Aku
terlambat menyadari.
Dahulu disaat aku mulai cinta kepada
Tuhanku, ia mengirimkan aku seorang wanita yang mampu membuat bulan Ramadhanku
menjadi jauh lebih berarti, jauh lebih indah. Seperti ramadhan pertama disaat
aku sadar dan mampu berfikir, disaat dosaku masih di tanggung ibuku. Tuhan
mengirimkanku seorang wanita yang mampu mengembalikan itu semua. Ia menukarkan
seseorang yang menemaniku setiap harinya dengan seseorang yang mengajarkanku
iman setiap harinya. Wanita pertama yang mampu memaksa hatiku untuk bersujud di
malam hari.
Tapi
itu semua hanya sementara, kenapa?
Tuhanku
murka padaku, karna aku meyakiti wanita yang mencintaiku dan menemaniku setiap
saat, yang sopan dan tak pernah marah padaku, yang menjadikan aku raja, bukan
budak yang untuk ia marahi hanya demi seorang wanita yang mengajarkanku tentang
iman.
Aku
fikir langkahku benar, ternyata tidak. Tuhan hanya mengujiku untuk tau dan
mengerti mana yang benar untukku dan mana yang salah.
Aku
kembali pada dia yang mencintaiku, menerimaku apa adanya. Tapi tak seperti dulu,
ia berubah.
Hingga
aku bertemu dengan yang sekarang.
Aku
fikir inilah akhirnya ketika aku mendengar ceritanya dimasalalu, sakit? Iya.
Aku
fikir Tuhan menguji kesabaranku dengan menunjukkan masalalu orang yang aku
anggap akhir dari langkahku. Dan aku salah lagi, ia jauh lebih berbeda dari
yang sebelumnya. Harga diriku tak penting lagi, seperti tiada. Aku terpental
karnanya.
Saat
ini aku tak akan mengharapkan apapun.
Aku
hanya meminta agar Tuhanku tak mengujiku lagi. Aku lelah di uji dengan
banyaknya keterbatasanku yang tak ada orang mau menerima.
Yang
aku fikir akhir ternyata bukan akhir yang aku inginkan. Akhir itu adalah “Akhirnya
Aku Tersakiti Jauh Lebih Dalam”.
Terimakasih Tuhan, Engkau Sungguh
Baik.
No comments:
Post a Comment