Semua Tentang Pengetahuan dan Pelajaran: Cerpen Ketuhanan

Thursday, April 2, 2015

Cerpen Ketuhanan



Aku terlena dengan satu tawaran dari dunia, yaitu “cinta”. Cinta pada lawan jenisku membuatku lupa kalau Tuhanku menawarkan cinta yang lebih indah, yaitu mencintai-NYA.
Aku mencintai seorang wanita begitu dalamnya, begitu indahnya, dan begitu sempurnanya. Sayang, kesempurnaan cintaku hilang karna keterbatasan. Keindahaan itu hilang ketika ia tak mau menerima keterbatasanku. Seharusnya aku sadar dari awal kalau hanya Tuhanku lah yang mampu dan mau menerima keterbatasanku, bukan orng lain ataupun makhluk lain. Seharusnya aku sadar bahwa dengan Kecintaanku kepada Tuhanku, maka Ia akan mengirimkan penggantinya untukku.
Aku terlambat menyadari.
Dahulu disaat aku mulai cinta kepada Tuhanku, ia mengirimkan aku seorang wanita yang mampu membuat bulan Ramadhanku menjadi jauh lebih berarti, jauh lebih indah. Seperti ramadhan pertama disaat aku sadar dan mampu berfikir, disaat dosaku masih di tanggung ibuku. Tuhan mengirimkanku seorang wanita yang mampu mengembalikan itu semua. Ia menukarkan seseorang yang menemaniku setiap harinya dengan seseorang yang mengajarkanku iman setiap harinya. Wanita pertama yang mampu memaksa hatiku untuk bersujud di malam hari.
Tapi itu semua hanya sementara, kenapa?
Tuhanku murka padaku, karna aku meyakiti wanita yang mencintaiku dan menemaniku setiap saat, yang sopan dan tak pernah marah padaku, yang menjadikan aku raja, bukan budak yang untuk ia marahi hanya demi seorang wanita yang mengajarkanku tentang iman.
Aku fikir langkahku benar, ternyata tidak. Tuhan hanya mengujiku untuk tau dan mengerti mana yang benar untukku dan mana yang salah.
Aku kembali pada dia yang mencintaiku, menerimaku apa adanya. Tapi tak seperti dulu, ia berubah.
Hingga aku bertemu dengan yang sekarang.
Aku fikir inilah akhirnya ketika aku mendengar ceritanya dimasalalu, sakit? Iya.
Aku fikir Tuhan menguji kesabaranku dengan menunjukkan masalalu orang yang aku anggap akhir dari langkahku. Dan aku salah lagi, ia jauh lebih berbeda dari yang sebelumnya. Harga diriku tak penting lagi, seperti tiada. Aku terpental karnanya.
Saat ini aku tak akan mengharapkan apapun.
Aku hanya meminta agar Tuhanku tak mengujiku lagi. Aku lelah di uji dengan banyaknya keterbatasanku yang tak ada orang mau menerima.
Yang aku fikir akhir ternyata bukan akhir yang aku inginkan. Akhir itu adalah “Akhirnya Aku Tersakiti Jauh Lebih Dalam”.

Terimakasih Tuhan, Engkau Sungguh Baik.

No comments:

Post a Comment