Semua Tentang Pengetahuan dan Pelajaran: Contoh cerpen Deskriptif (Deskripsi)

Thursday, April 2, 2015

Contoh cerpen Deskriptif (Deskripsi)



berikut adalah contoh cerpen dekripsi :

23 DESEMBER
Sabtu pagi yang terasa begitu dingin, aku kembali duduk di depan laptopku sambil menerka-nerka informasi apa yang akan aku dapatkan di hari ini. Aku membuka facebook-ku dengan sejuta tanya dan rasa penasaran mengingat hubunganku yang tak tahu entah seperti apa.
Hal pertama yang aku lihat dari facebook-ku “Hari Jadi Hubungan Anda. Selasa”. Dadaku berdetak cepat, terasa seperti di timpa benda berat dan jantungku terasa seperti di remas dengan kuatnya. Aku melihat profil kekasihku, tak ada isinya. Kulihat lagi pesan facebook-nya yang dulu di facebook-ku, “Aktif 3 jam yang lalu”. Dia masih sering aktif di facebook, entah apa yang dilihatnya disana. Fikiranku tertuju pada seorang laki-laki yang sering berkomentar di facebook-nya, mungkin dia liat profil pria itu. “Kalau sakit jangan di ingat” hal yang ku ingat dari komentar pria itu sebulan yang lalu.
Aku menutup akun-ku sambil di sertai sejuta tanya dan bayang-bayang kehampaan yang ada di fikiranku. “Sampai Kapan Aku Harus Seperti Ini? diam berharap sesuatu hal yang tak mungkin terjadi”. Aku tak di butuhkan lagi, aku tlah di usir dari bayang-bayang hidupnya, tak ada lagi posisiku di sana. “Dia mengusirku, aku tak tertera dalam nyatanya, bahkan ia tak mau orang-orang tahu tentang aku”. Menghapusku dari sosial media miliknya dan adik-adiknya, mengabaikan pengaduanku disaat temannya memblokirku. Tak ada pembelaan untukku, baginya aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Hari ini aku mencoba mengerti apa yang dahulu ia katakan padaku “putus, malu, tak berguna”. Aku mencoba berani untuk membenci, meskipun terasa berat tapi aku harus berani beralih dan mengambil langkah yang terbaik untukku dan untuknya. Aku memulai dengan berdiam diri dan tak memperdulikannya. Ku abaikan facebook-ku dan apapun yang terjadi dengannya di sana. Aku bangkit dari kursiku dan menghidupkan televisi untuk menghiburku dari sepi yang mengelilingi. Acara komedi tayangan utamaku untuk menghibur diri, hanya TV yang bisa aku harap untuk menghiburku.
Semua terlewatkan begitu saja, tak terasa hari sudah mulai sore. Tepat pukul 5 sore, aku pergi membersihkan diri. Pukul 6.30 sore biasanya aku pergi ke rumah kekasihku untuk melihat keadaannya disana, apa yang di lakukannya pada saat itu, masih setia kah ia padaku, biasanya aku sampai di rumahnya pukul 7.30 malam dan menunggu hingga jam 9 malam di depan mesjid dekat rumahnya, setelah itu aku beranjak pulang dan sampai di rumah pukul 10 malam, satu jam perjalanan. Tapi hari ini aku tak ingin melakukan hal itu, aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapa lagi, aku tak ada di hidupnya. Yang aku lakukan hanya kembali menatap laptopku. “menulis sebuah cerpen” yang aku ambil dari kehidpanku, semua aku lakukan ketika aku merasa kesepian.
Aku melewati malam tanpa dirinya” sudah menjadi suatu hal yang biasa, tapi anehnya aku sama sekali tak mampu melupakannya. Yang terbayang di fikiranku saat ini hanyalah “ketika ia memperlakukan mantan kekasihnya dengan spesial”. Cemburu? Tentu. Selalu kecemburuan yang terlintas di fikiranku setiap harinya. Sebuah besi panjang menusuk dadaku, api panas membakar jiwaku. Kejadian yang sudah biasa aku dapatkan disaat aku mengingat mantan kekasihnya. Malam ini aku hanya berdiam diri di kamarku sambil menunggu dan berharap waktu berakhir.
“Doni..” aku mendengar suara seseorang memanggilku dengan lembut, seorang pria datang menghampiriku “kesini doni..” ia memperlihatkanku sesuatu di luar sana. Kekasih hatiku, aku melihatnya berjalan dengan pria lain, ku hampiri mereka dengan kemarahan dan “tiba-tiba aku terbangun”, huufftttt,,,!!!” cuma mimpi. Aku menghela nafas panjang kemudian kembali tidur.
Keesokan harinya, minggu pagi yang begitu menyengat. Aku pulang ke rumah Kakak-ku kafi, aku rindu dengan omelan-omelannya. Hanya satu hari aku bisa menghabiskan waktu-ku bersamanya. Aku menceritakan semua yang terjadi padaku, mulai dari aku meninggalkannya sampai aku kembali lagi. Semua pengalaman-pengalamanku, “Aku Menyayanginya” kebanggaanku, hanya dia satu-satunya teman curhat sekaligus kakak terbaik yang aku miliki. Aku lupa dengan keluargaku, yang aku ingat, aku hanya memiliki kafi di dunia ini.
Aku harus pulang, tapi kali ini aku tak pulang ke kosanku yang nyaman. Biasanya sebelum kembali aku melewati rumahnya untuk melihat keadaan dia, melihat kuciran rambutnya yang indah, tapi aku tak ingin melakukan hal itu lagi. Aku kembali pada komitmenku “melupakannya”. Aku bukan yang terbaik, seperti yang pernah di katakannya, aku belajar untuk mengikhlaskan, berharap agar ia mendapatkan yang lebih baik dariku, sesuai dengan keinginannya, berguna untuk dirinya.
Hari ini 23 Desember, selasa, aku membuka facebook-ku. Statusnya terlihat di beranda “Teringat Setahun yang Lalu” dia masih ingat dengan tanggal ini. Senang? “ia”, aku meng-upload foto terbaruku dengan gaya rambut yang baru. Aku menghiraukan statusnya, berpura-pura lupa dengan hari itu  seperti tak ada kejadian apapun.
Hari ini, hari yang paling menyedihkan untukku. Satu tahun berlalu dengan berbagai kenangan yang mungkin tak berarti untuknya. Hampir empat bulan hubunganku berakhir, dan hampir empat bulan fikiranku selalu di bayang-bayangi dengan “malu dan tak berguna”. Aku sadar siapa diriku, bukan siapa-siapa, tak ada artinya, tak berarti apapun di hidupnya. Aku tak pernah melukiskan warna apapun di hatinya, tak ada sejarah yang pantas untuk ia kenang bersamaku. Aku tak pernah ada untuknya, membiarkan ia dalam kesusahan, tak pernah menemaninya dalam kesendirian. Aku berfikir keadilan “pantas saja aku mendapatkan perlakuan seperti ini” untuk orang sepertiku, bahkan ini perlakuan yang terlalu baik, tak cukup untuk menebus semuanya.
Aku berusaha merelakan kepergiannya. Tak apa, aku akan selalu mendukung apapun yang terbaik untuknya. Akan ku usahakan untuk menjauhkan apapun yang menghalanginya, apapun yang menjadi duri untuk hidupnya, termasuk ”diriku”.
Di hari ini, yang bisa aku lakukan hanyalah berdiam diri, melupakan semuanya. Cukup!! aku tak boleh memaksa karna ini terlalu jauh, terasa sakit, aku tak akan mengharapkan apapun. Harapanku agar kamu bahagia.


                                                                                                                                  23 Desember

1 comment: