berikut adalah contoh cerpen dekripsi :
23
DESEMBER
Sabtu
pagi yang terasa begitu dingin, aku kembali duduk di depan laptopku sambil
menerka-nerka informasi apa yang akan aku dapatkan di hari ini. Aku membuka
facebook-ku dengan sejuta tanya dan rasa penasaran mengingat hubunganku yang
tak tahu entah seperti apa.
Hal
pertama yang aku lihat dari facebook-ku “Hari Jadi Hubungan Anda. Selasa”. Dadaku berdetak cepat, terasa
seperti di timpa benda berat dan jantungku terasa seperti di remas dengan
kuatnya. Aku melihat profil kekasihku, tak ada isinya. Kulihat lagi pesan facebook-nya
yang dulu di facebook-ku, “Aktif 3 jam
yang lalu”. Dia masih sering aktif di facebook, entah apa yang dilihatnya
disana. Fikiranku tertuju pada seorang laki-laki yang sering berkomentar di
facebook-nya, mungkin dia liat profil pria itu. “Kalau sakit jangan di ingat”
hal yang ku ingat dari komentar pria itu sebulan yang lalu.
Aku
menutup akun-ku sambil di sertai sejuta tanya dan bayang-bayang kehampaan yang
ada di fikiranku. “Sampai Kapan Aku Harus
Seperti Ini? diam berharap sesuatu hal yang tak mungkin terjadi”. Aku tak
di butuhkan lagi, aku tlah di usir dari bayang-bayang hidupnya, tak ada lagi
posisiku di sana. “Dia mengusirku,
aku tak tertera dalam nyatanya, bahkan ia tak mau orang-orang tahu tentang
aku”. Menghapusku dari sosial media miliknya dan adik-adiknya, mengabaikan
pengaduanku disaat temannya memblokirku. Tak ada pembelaan untukku, baginya aku
bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Hari
ini aku mencoba mengerti apa yang dahulu ia katakan padaku “putus,
malu, tak berguna”. Aku
mencoba berani untuk membenci, meskipun terasa berat tapi aku harus berani
beralih dan mengambil langkah yang terbaik untukku dan untuknya. Aku memulai
dengan berdiam diri dan tak memperdulikannya. Ku abaikan facebook-ku dan apapun
yang terjadi dengannya di sana. Aku bangkit dari kursiku dan menghidupkan
televisi untuk menghiburku dari sepi yang mengelilingi. Acara komedi tayangan
utamaku untuk menghibur diri, hanya TV yang bisa aku harap untuk menghiburku.
Semua
terlewatkan begitu saja, tak terasa hari sudah mulai sore. Tepat pukul 5 sore,
aku pergi membersihkan diri. Pukul 6.30 sore biasanya aku pergi ke rumah
kekasihku untuk melihat keadaannya disana, apa yang di lakukannya pada saat
itu, masih setia kah ia padaku, biasanya aku sampai di rumahnya pukul 7.30
malam dan menunggu hingga jam 9 malam di depan mesjid dekat rumahnya, setelah
itu aku beranjak pulang dan sampai di rumah pukul 10 malam, satu jam
perjalanan. Tapi hari ini aku tak ingin melakukan hal itu, aku sadar bahwa aku
bukan siapa-siapa lagi, aku tak ada di hidupnya. Yang aku lakukan hanya kembali
menatap laptopku. “menulis sebuah cerpen” yang aku ambil dari kehidpanku, semua
aku lakukan ketika aku merasa kesepian.
“Aku melewati malam tanpa dirinya” sudah
menjadi suatu hal yang biasa, tapi anehnya aku sama sekali tak mampu
melupakannya. Yang terbayang di fikiranku saat ini hanyalah “ketika ia
memperlakukan mantan kekasihnya dengan spesial”. Cemburu? Tentu. Selalu
kecemburuan yang terlintas di fikiranku setiap harinya. Sebuah besi panjang
menusuk dadaku, api panas membakar jiwaku. Kejadian yang sudah biasa aku
dapatkan disaat aku mengingat mantan kekasihnya. Malam ini aku hanya berdiam
diri di kamarku sambil menunggu dan berharap waktu berakhir.
“Doni..”
aku mendengar suara seseorang memanggilku dengan lembut, seorang pria datang
menghampiriku “kesini doni..” ia memperlihatkanku sesuatu di luar sana. Kekasih
hatiku, aku melihatnya berjalan dengan pria lain, ku hampiri mereka dengan
kemarahan dan “tiba-tiba aku terbangun”, huufftttt,,,!!!” cuma mimpi. Aku menghela nafas
panjang kemudian kembali tidur.
Keesokan
harinya, minggu pagi yang begitu menyengat. Aku pulang ke rumah Kakak-ku kafi, aku rindu dengan omelan-omelannya.
Hanya satu hari aku bisa menghabiskan waktu-ku bersamanya. Aku menceritakan
semua yang terjadi padaku, mulai dari aku meninggalkannya sampai aku kembali
lagi. Semua pengalaman-pengalamanku, “Aku
Menyayanginya” kebanggaanku, hanya dia satu-satunya teman curhat sekaligus
kakak terbaik yang aku miliki. Aku lupa dengan keluargaku, yang aku ingat, aku
hanya memiliki kafi di dunia ini.
Aku
harus pulang, tapi kali ini aku tak pulang ke kosanku yang nyaman. Biasanya
sebelum kembali aku melewati rumahnya untuk melihat keadaan dia, melihat
kuciran rambutnya yang indah, tapi aku tak ingin melakukan hal itu lagi. Aku
kembali pada komitmenku “melupakannya”. Aku bukan yang terbaik, seperti yang
pernah di katakannya, aku belajar untuk mengikhlaskan, berharap agar ia
mendapatkan yang lebih baik dariku, sesuai dengan keinginannya, berguna untuk
dirinya.
Hari
ini 23 Desember, selasa, aku membuka facebook-ku. Statusnya terlihat di beranda
“Teringat Setahun yang Lalu” dia
masih ingat dengan tanggal ini. Senang? “ia”, aku meng-upload foto terbaruku
dengan gaya rambut yang baru. Aku menghiraukan statusnya, berpura-pura lupa
dengan hari itu seperti tak ada kejadian
apapun.
Hari
ini, hari yang paling menyedihkan untukku. Satu tahun berlalu dengan berbagai
kenangan yang mungkin tak berarti untuknya. Hampir empat bulan hubunganku
berakhir, dan hampir empat bulan fikiranku selalu di bayang-bayangi dengan
“malu dan tak berguna”. Aku sadar siapa diriku, bukan siapa-siapa, tak ada
artinya, tak berarti apapun di hidupnya. Aku tak pernah melukiskan warna apapun
di hatinya, tak ada sejarah yang pantas untuk ia kenang bersamaku. Aku tak
pernah ada untuknya, membiarkan ia dalam kesusahan, tak pernah menemaninya
dalam kesendirian. Aku berfikir keadilan “pantas saja aku mendapatkan perlakuan
seperti ini” untuk orang sepertiku, bahkan ini perlakuan yang terlalu baik, tak
cukup untuk menebus semuanya.
Aku
berusaha merelakan kepergiannya. Tak apa, aku akan selalu mendukung apapun yang
terbaik untuknya. Akan ku usahakan untuk menjauhkan apapun yang menghalanginya,
apapun yang menjadi duri untuk hidupnya, termasuk ”diriku”.
Di
hari ini, yang bisa aku lakukan hanyalah berdiam diri, melupakan semuanya.
Cukup!!
aku tak boleh memaksa karna ini terlalu jauh, terasa sakit, aku tak akan
mengharapkan apapun. Harapanku agar kamu bahagia.
23
Desember
lumayan cerpennya
ReplyDelete