contoh :
Aku
terpaku dengan pemandangan yang ada di depan mataku. pak tua itu menepuk
pundakku “lihat apa yang telah kamu lakukan nak?”. Di depan ku lihat para
petani bersorak-sorak menuntut keadilan, menoleh ke kiri di hadang dengan
pemandangan para ibu rumah tangga sambil membawa peralatan dapur bersorak-sorak
memegang spanduk, ke arah kanan di suguhi dengan pemandangan para mahasiswa
yang bersorak sambil meronta-ronta, membakar ban dan anarkis. “apa yang harus
aku lakukan pak? Aku hanya mencoba menyelamatkan kehidupan rakyatku”. “iya,
tapi pandangan mereka berbeda nak, seharusnya kamu fikirkan terlebih dahulu
sebelum kamu melakukannya”.
Aku
pergi dari tempat itu dan kembali ke kursi kenyamananku “kursi kerajaan”. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Pemikiran rakyatku
sungguh tak mencapai langit, mereka tak tau apa yang ada di sekitar kerajaanku,
sudah sekian lama aku memikirkan ini semua dan akhirnya aku memutuskan untuk
menetapkan ini, tapi mereka tak menghargai keputusanku dan malah meronta-ronta
seperti orang yang teraniaya. “apa yang kamu fikirkan nak?” pak tua itu
menghampiriku “apa kamu masih memikirkan keputusanmu? Atau bahkan ingin
merubahnya dan mengikuti kemauan rakyatmu yang berfikiran kosong?”. “tidak pak
tua, aku tak akan merubah keputusan baikku untuk rakyatku, biarlah mereka
berkata apa dan berkelakuan seperti pemberontak, nantinya mereka akan menyadari
indahnya keputusan raja mereka ini”. Pak tua itu tertawa “nak, mereka tak akan
berhenti meronta selama fikiran mereka kosong dan tak pernah di isi pemikiran
baru yang sempurna, mereka akan terus buta dan tuli seperti itu”. “apa yang
harus aku lakukan pak tua?” Jawabku. Pak tua itu pergi tanpa menjawab
pertanyaanku sepatah kata pun.
cerpen diatas merupakan penggalan cerpen tentang kerajaan yang berceritakan tentang seorang raja yang mengalami kebimbangan untuk menentukan suatu keputusan
Judul nya apaan?
ReplyDeleteJudul nya apaan?
ReplyDelete